Sabtu, 12 Juli 2008

Emosi? mainkan saja....

Dalam tulisan saya kali ini bersama sahabat magnificent kita akan mencoba membahas mengenai emosi, apa saja perannya dalam proses berkomunikasi, apakah dia merugikan atau menguntungkan? Sahabat magnificent yang saya banggakan kadangkala kalau kita mendengar kata emosi dalam proses berkomunikasi terdengar seperti sebuah unsur negatif yang terkandung di dalamnya. Sering kita mendengar banyak nasihat atau petuah yang menganjurkan kita untuk tidak berbicara dengan menggunakan emosi. Padahal sahabat magnificent yang namanya emosi amat di perlukan dalam membangun proses empati lawan bicara. Sesuatu penilaian yang selama ini kita terima sesungguhnya bukan kesalahan dari emosinya, kenapa? Karena sesungguhnya selain akal dan pikiran manusia dianugerahi Tuhan dengan perasaan dan hati maka wajar bila dia memiliki emosi, itu sudah menjadi bagian dari dirinya. Yang harus kita pahami di sini adalah bukan untuk menghilangkannya tapi bagaimana memanajemennya, sehingga bisa menjadi senjata yang menguntungkan bagi kita dalam proses komunikasi.
Sahabat magnificent saya jadi teringat akan satu peristiwa pada pemilu internal partai Demokrat antara Hillary Clinton dan Barack Obama. Pada saat itu Hillary seperti di ujung tanduk karena selama minggu-minggu pertama pemilu internal mengalami kekalahan telak dari kubu Obama. Mengetahui dirinya sudah kalah jauh dari Obama maka Hillary melakukan suatu proses kampanye sederhana yang tidak di duga banyak orang. Kampanye tersebut tidak membutuhkan banyak biaya dan banyak orang, hanya sebuah kunjungan sederhana ke sebuah restoran dimana di sana terdapat banyak pendukung Hillary yang sebagian besar adalah perempuan. Di sana Hillary hanya menyalami pendukungnya dan mengucapakan terima kasih atas dukungan mereka selama ini. Yang menarik dari peristiwa itu Hillary tampak tidak bisa menyembunyikan emosinya dengan meneteskan air mata. Hasilnya? Beberapa minggu kemudian Hillary sempat mengungguli Obama di beberapa negara bagian. Peristiwa “menangisnya” Hillary itulah yang menimbulkan empati para calon pemilih yang tentu sebagian besar adalah perempuan. Dari peristiwa tersebut kita bisa mengambil pelajaran bahwa emosi apabila di manajemen dengan baik bisa menjadi senjata yang ampuh dan efektif.
Sahabat magnificent dalam proses komunikasi ada juga cara yang disebut memancing emosi lawan bicara. Biasanya teknik ini kita gunakan dalam proses berdebat, proses pemancingan emosi tersebut bertujuan untuk membuat konsenstrasi lawan buyar, sehingga tidak fokus pada permasalahan. Tapi yang perlu sahabat magnificent ketahui proses ini haruslah terukur, dan memiliki perencanaan yang matang agar kita juga tidak larut dalam emosi. Proses pemancingan emosi tersebut bisa dengan cara menggebrak meja, menggunakan nada yang tinggi, menyinggung kelemahan lawan, hingga membangun suasana dramatis seakan-akan semua orang di situ mendukung pendapat kita. Dan yang perlu anda catat proses ini hanya kita gunakan pada saat berdebat bukan dalam saat persuasi, karena berdebat dan persuasi adala dua hal yang sangat berbeda.
Jadi bagaimana sahabat magnificent? Semua tergantung kepada anda bagaimana anda bisa mengolah emosi tersebut menjadi sesuatu yang menguntungkan anda. Karena seluruh bagian dari manusia yang Tuhan anugerahkan kepada kita tidak ada yang percuma, dan semua itu bisa kita dapatkan apabila kita mampu memanajemennya dengan benar

Tidak ada komentar: