Senin, 28 Juli 2008

SEVEN HABITS OF HIGHLY INEFFECTIVE THINGS

Sahabat magnificent, hari ini saya mendapat satu e-mail menarik dari teman saya tentang Tujuh Kebiasaan yang Tidak Efektif, sebuah plesetan dari judul buku Stephen R Covey Seven Habits of Highly Effective Things. Sangat menarik sekali karena kadang-kadang kebiasaan ini sering kita praktikkan tanpa kita sadari. Dan tentu saja ini mempengaruhi bentuk citra diri kita terhadap orang lain serta bentuk dan cara berkomunikasi kita, inilah tujuh kebiasaan itu:

SATU : NEGATIVE THINKING


Misalnya, anda seorang mahasiswa yang lama di kampus, yang sudah ditinggalkan oleh teman-teman kuliah anda. Karena anda merasa sebagai mahasiswa “uzur” suatu kali bertemu dengan adik-adik kelas anda yang sedang berkumpul dan mengobrol sambil tertawa. Tanpa sengaja dalam benak anda timbul pikiran “Ini orang pada ngumpul dan ketawa-ketawa pasti pada ngomongin gue deh mentang-mentang gue mahasiswa uzur”
Begitulah orang kalau sudah dikuasai pikiran negatif. Segala sesuatu disikapi secara negatif. Ibarat orang pakai kacamata hitam. Semua yang dilihatnya serba hitam. Lalu bagaimana mengatasinya? Tidak ada cara lain, ganti kacamatanya dengan kacamata yang lebih terang. Jangan salahkan obyek yang dilihat.


DUA : CITRA DIRI YANG NEGATIF

"Siapalah saya ini. Tampang pas-pasan. Nggak bisa apa-apa pula. Otak lelet, lha nilai kuliah saja hampir tidak pernah bergeser dari C. Dapet B tuh untung. A, wah ajaib benar anugerah-Mu deh. Mana ada yang mau sama saya. Seandainya saya jadi orang lain pun, nggak bakalan koq saya mau
punya pasangan kayak diri saya begini."

Padahal gambaran kita tentang dirikita sendiri akan sangat berpengaruh terhadap pikiran, perasaan dan sikap hidup kita. Ibarat makanan bagi tubuh kita, citra diri akan sangat menentukan; apakah kita akan menjadi pribadi yang optimistis, percaya diri, punya semangat hidup. Atau sebaliknya, menjadi pribadi yang pesimistis, rendah diri, loyo alias nggak punya semangat hidup.



TIGA: RUMPUT TETANGGA KELIHATAN LEBIH HIJAU

"Duh, enak nian jadi orang kaya kayak dia, fasilitas apa-apa tinggal minta. Mau dapet kerjaan tinggal minta posisi ke orang tuanya dia, gak kayak saya neh hidup apa-apa kayaknya sulit banget ."

Jadi menganggapnya hidup orang lain itu lebih enak, lebih baik, lebih nikmat, lebih segalanya. Lalu kita berandai-andai, seandainya hidup kita kayak hidup dia, dunia kita seperti dunia dia. Seolah kita nih baru bahagia kalau sudah seperti orang tersebut. Kita jadi kurang bersyukur dengan hidup kita sendiri. Padahal, mana ada sih orang yang hidupnya selalu senang. Siapa pun pastilah punya senang dan susahnya sendiri.


EMPAT: BERSELUBUNG TOPENG

Tidak jujur dengan diri sendiri. Tidak apa adanya. Contoh, karena pergaulannya dengan orang-orang kaya, si Badu sering terbawa sikap teman-temannya yang konsumtif. Dia sering membeli barang yang sebenarnya dia tidak butuh-butuh amat. Sikapnya ini amat merugikan karena gaji pekerjaannya yang tidak seberapa habis untuk keperluan-keperluan yang tidak perlu. Akibatnya di akhir bulan seringlah dia berhutang kesana kemari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Nah, gimana coba kalau begitu ?! So, tanggalkan topeng itu. Apa adanya sajalah. Tapi ya, jangan vulgar, mengobral atau norak. Jujur dengan elegan sajalah itu jalan yang terbaik.


LIMA : HANYUT TERBAWA PERASAAN

Nelangsa. Merasa kasihan pada diri sendiri. Seakan dengan ke-jomblo- an itu, dia menjadi orang yang paling malang di dunia. Makan jadi nggak enak (apalagi sayurnya sudah basi, kurang garam pula), tidur nggak nyenyak (AC mati nggak ada listrik, banyak nyamuk lagi). Nyanyinya pun lagu Chrisye : "Di malam yang sesunyi ini aku sendiri, tiada yang menemani.... .. srot, srot (nyedot ingus). Akhirnya kini kusadari dia telah pergi tinggalkan diriku..... pufz, pufz (buang ingus pakai lengan baju). Nanini nananininani ninaneniii (bagian ini nggak hafal). Reff : Mengapa terjadi pada diriku, aku tak percaya kau telah tiada.... hiks, hiks (terisak). Haruskah ku pergi tinggalkan dunia..... hoahh, hoahh (nangis sejadi-jadinya) ." Selanjutnya no comment deh. Bukan apa-apa, saya takut ikut-ikut sedih, ikut-ikut nangis, ikut-ikut sedot ingus. Malah repot. Lagian, orang yang lagi terhanyut oleh aneka rupa perasaan susah dan sedih sebetulnya kan nggak butuh kata-kata ; ia lebih butuh empati dan simpati.

Dan ketika anda berada dalam posisi ini anda cenderung melakukan kegiatan yang sifatnya kontraproduktif dan tidak bersemangat melakukan sesuatu. Alihkan pikiran anda pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, perbanyak volumenya ingat hidup ini sangat singkat buatlah hidup anda menjadi sesuatu yang bermakna ketimbang menuruti perasaan anda.


ENAM: MEMAKSAKAN KEHENDAK

Cara halus : "Hi, cowok, godain kita dong !" (ekstrim: sambil melotot, satu tangan berkacak pinggang satu tangan lagi menggenggam batu siap ditimpukin). Atau, "Hi, cewek, kita godain ya !" (ekstrim: sambil memiting seorang nenek yang kebetulan lewat, dan menodongkan pistol ke
keningnya). Cara kasar : "Apa pun yang terjadi gua harus dapetin doi ;biar gunung-gunung beranjak dan bukit- bukit bergoyang. Pokoknya harus dan kudu !" (ekstrim: bayar segerombolan preman untuk menculik doi, lalu dengan gaya kungfu Buce Li datang menyelamatkannya) . Atau, "Saya nggak bisa hidup tanpa doi. Sudahlah, saya mau mati saja ! Mana tali, mana tali ! Saya mau gantung diri

Padahal segala sesuatu yang dipaksakan pasti akan lebih banyak buruknya daripada baiknya. Usaha tentunya tidak salah, anda punya keinginan monggo, silahkan . Tapi iringilah itu dengan penyerahan
diri kepada Sang Khalik: "Bukan hendakku yang jadi, melainkan kehendak-Mu!" Dengan berusaha dan berserah, hidup akan terasa lebih ringan. Tuhan tahu apa yang terbaik buat diri kita ! Percaya deh.


TUJUH : SIRIK

Orang Manado bilang mangiri. Alias iri dengki. Susah melihat orang lain senang, senang melihat orang lain susah. Senangnya menjelek-jelekkan dan mengecil-ngecilkan kebaikan orang lain. "Alaaa, pantesan aja sih dia dapet nilai bagus deket sih ama dosen, jangan-jangan tuh orang ngejilat”. Gua sih amit- amit pake cara kayak gitu!" "Eh elu tahu nggak, wajar sih dia berbuat kayak gitu wong asalnya aja dari kampung, udah gitu ortunya miskin pastilah dia ngehalalin segala cara ". Padahal ke-sirik-an hanya akan membuat kita makin buruk di mata orang lain. Dan pasti di mata Tuhan juga. Tidak ada faedahnya sama sekali.

Jadi, sahabat magnificent bagaimana dengan diri anda? Tidak usah malu kalau anda memang pernah mengakui berperilaku seperti itu, karena kita adalah sosok manusia yang tak lepas dari kesalahan.... Asalkan di dalam diri anda ada niatan untuk merubah ke arah yang lebih baik, itu oke-oke saja. Karena saya percaya sejahat apapun seorang manusia ada satu ruang kecil di sudut hatinya yang berkata bahwa saya harus berubah. Karena yang membedakan antara manusia dengan binatang adalah manusia memiliki akal untuk berpikir dan belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalu, untuk mencapai bentuknya yang terbaik.

Kamis, 24 Juli 2008

Politisasi Dramaturgi

Sahabat magnificent kali ini kita akan belajar tentang salah satu teknik komunikasi persuasif, yaitu dramaturgi. Dramaturgi merupakan seni bagaimana orang menempatkan peran sesuai dengan situasi dan kondisi dimana dia ditempatkan. Istilah dramaturgi dikenal sejak zaman Aristoteles. Pernahkah sahabat magnificent memasang muka simpatik dan bersedih ketika dalam pemakaman seseorang, padahal pada saat yang sama anda sebenarnya sedang bergembira karena sesuatu yang lain, tapi di karenakan tekanan lingkungan yang ada mengharuskan anda untuk ikut bersedih. Bila anda pernah ada dalam situasi seperti itu tidak usah khawatir itu normal. Sebab seorang psikolog bernama Kurt Lewin (1935, 1936) berkata dalam penjelasan teori medannya bahwa sesungguhnya perilaku manusia tergantung pada lingkungannya. Jadi tidak salah kalau seseorang bermain peran menempatkan peran yang bukan dirinya, karena semata-mata bukan karena terpaksa namun itu merupakan reaksi alamiah terhadap lingkungan sekitarnya.

Satu contoh kasus dramaturgi adalah bagaimana terdakwa kasus korupsi yang sedang gencar beritanya adalah Arthalyta Suryani. Kita bsia melihat di sana bagaimana seorang Arthalyta atau yang dikenal sebagai Ayin mencoba menarik simpati hakim dan pengunjung. Dimulai dari bagi-bagi makanan, menjelaskan bahwa dirinya seorang janda, sampai menangis. Semua itu merupakan semata-mata proses dramaturgi yang harus dia lakukan agar dapat simpati keringanan hukuman.

Satu pertanyaan mengapa sih manusia harus bermain dramaturgi? Satu jawaban yang pasti adalah dramaturgi merupakan suatu bentuk rekasi alamiah dari manusia untuk mempertahankan diri. Ketika seorang manusia berada di sebuah lingkungan yang menurut dia nyaman, atau ketika dia ingin memasuki sebuah lingkungan baru, adalah sebuah proses yang wajar bila dalam dirinya timbul proses tidak ingin ditolak atau tidak ingin kehilangan kenyamanan tersebut. Nah agar dirinya tidak mengalami penolakan maka mau tidak mau dia harus melakukan dramaturgi dalam mempersuasi dirinya agar bisa diterima oleh lingkungannya.

Satu contoh lain penerapan darmaturgi dalam praktik komunikasi massa atau strategi kampanye, kita bisa lihat pada pemilihan presiden kita yang lalu. SBY dan Megawati merupakan salah satu contoh bentuk kampanye dramaturgi yang berhasil. Sosok Megawati dalam membawa partainya PDI-P menuju tangga puncak pemenang pemilu 1999 tidak lepas dari isu yang dihembuskan bahwa dirinya adalah pihak yang ”dizhalimi” oleh rezim Orba. Simpati pun di dapat karena memang masyarakat pada waktu itu memang sedang euphoria ”kebencian” terhadap rezim Orba. Begitu juga SBY dimana dia dulu menempatkan posisinya sebagai orang yang terdzhalimi oleh rezim Megawati. Sehingga masyarakat pun merasa simpati dan terbukti dukungan yang mengalir tidak kalah banyak, serta mengantarkannya pada posisi RI-1.

Kesimpulannya yang bisa diambil adalah tidak masalah anda melakukan dramaturgi dengan niatan untuk di terima di lingkungan anda. Yang jadi masalah adalah apabila itu dilakukan secara berlebihan maka anda akan kehilangan jati diri anda. Sebab seekor hiu yang di taruh di dalam sebuah aquarium yang besar dan nyaman sekalipun, dia tetaplah hiu yang berasal dari lautan yang membutuhkan air laut yang asin untuk bertahan hidup.

Selasa, 15 Juli 2008

Cermin Sahabat Anda

Cermin Sahabat Anda

Sahabat magnificent, hari ini kita akan membicarakan tentang suatu benda yang akrab dengan kehidupan kita sehari-hari, tapi sangat ampuh untuk membantu proses peningkatan kualitas komunikasi kita. Nama benda tersebut adalah cermin, iya benda yang sangat sederhana namun dia mampu melath skill kemampuan komunikasi kita. Kenapa harus cermin?karena dengan cermin kita bisa merefleksikan seperti apa sikap kita ketika berkomunikasi dengan orang lain. Dengan cermin kita bisa mengevaluasi seberapa besar pengaruh kita dalamberkomunikasi, dan melihat apakah gesture tubuh kita enak dilihat apa tidak.

Sahabat magnificent, seorang tokoh romawi kuno bernama Cicero mengungkapkan bahwa wajah adalah cerminan jiwa, Shakespeare, seorang penyair Inggris mengungkapkannya lebih dalam lagi, “Bahwa wajahmu seperti sebuah buku dimana manusia mungkin banyak membaca hal-hal aneh“. Kita tidak bisa pungkiri bahwa wajah merupakan salah satu elemen penting dalam komunikasi. Karena dengan wajah orang bisa mendeteksi seperti apakah kondisi psikologis kita ketika berkomunikasi. Cermin merupakan suatu alat bantu sederhana yang mudah dan menyenangkan untuk mengkoreksi habis-habisan gesture wajah anda. Mimik wajah yang tajam seperti seorang penjahat, atau mimik yang datar ketika berbicara tentu bukan sesuatu yang menyenangkan bagi lawan bicara. Sebaliknya mimik yang ceria serta pandangan yang antusias jauh lebih membuat lawan bicara kita lebih bersemangat untuk mendengarkan kita.

Begitu jaga gesture tubuh, porsi tubuh yang bungkuk tidak bersemangat menimbulkan kesan anda tidak percaya diri. Sebaliknya tubuh yang tegap, penuh dengan gerakan-gerkana bersemangat akan membuat orang akan antusias dengan diri anda. Semua hal tersebut hanya akan anda bisa koreksi dan maksimalkan di depan cermin.

Dengan cermin anda bisa refleksikan diri anda seperti apakah diri anda bila anda berhadapan dengan orang lain. Sebab orang yang bisa memperbaiki dirinya adalah orang-orang yang selalu bercermin diri, mengevaluasi dan mau untuk berubah. Maka ingin mendapatkan hasil yang maksimal dalam skill berkomunikasi anda bercerminlah sekarang juga!!!

Minggu, 13 Juli 2008

Bukan Saya kok!!!

Sahabat magnificent pernahkah anda mendengar kalimat seperti ini ketika anda sedang mengalami konflik dalam suatu kelompok. Suatu hal yang wajar bila kita sebagai insan manusia untuk tidak mau disalahkan, saling lempar-melempar tanggung jawab itu menjadi hal yang biasa dalam mental kita. Dalam suatu organisasi tentu mental semacam ini amat menyulitkan, karena masing-masing individu mementingkan kepentingannya diri sendiri. Anda tentu sebagai seorang pemimpin akan di buat pusing tujuh keliling oleh sikap bawahan-bawahan anda yang seperti itu.
Nah tips-tips ringan yang cepat untuk mengatasi masalah organisasi seperti ini adalah merevitalisasi konsep komunikasi organisasi anda. Mulailah dari sekarang anda kumpulkan bawahan-bawahan anda evaluasi satu persatu. Suruh mereka ungkapkan uneg-uneg terdalam mereka, saran, maupun kritik. Satu hal anda tidak boleh marah bila uneg-uneg tersebut menyangkut diri anda! Ketika semua beban terlepaskan barulah anda masuk memotivasi bawahan-bawahan anda. Jelaskan kepada mereka bahwa anda dan mereka adalah satu tim yang tak terpisahkan. Di dalam kantor anda boleh menjadi pimpinan mereka namun diluar kantor anda harus bisa menjadi teman mereka. Awalilah hari pekerjaan anda dengan games-games ringan sebagai pencair suasana. Jadwalkanlah rekreasi minimal sebulan sekali untuk menyegarkan suasana komunikasi diantara andadan bawahan anda. Saya berani jamin dengan begitu kohesivitas antar anggota kelompok akan terbentuk. Karena sesungguhnya kohesivitas atau ikatan kelompok tak akan terbentuk tanpa adanya kemauan dari pimpinan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kelompoknya. Maka pada taraf yang lebih tinggi apabila anda berhasil menginternalisasikan nilai-nilai tersebut maka bawahan-bawahan anda tidak akan merasa sebagai sebuah individu lagi, tapi sudah menjadi bagian dari kelompok tersebut. Tapi tentu semua ini memerlukan apa yang namanya keterbukaan hati, rasa tanggung jawab, dan keinginan untuk berubah, tanpa itu semua anda seperti merobohkan karang dengan sebuah lidi.


Sabtu, 12 Juli 2008

Emosi? mainkan saja....

Dalam tulisan saya kali ini bersama sahabat magnificent kita akan mencoba membahas mengenai emosi, apa saja perannya dalam proses berkomunikasi, apakah dia merugikan atau menguntungkan? Sahabat magnificent yang saya banggakan kadangkala kalau kita mendengar kata emosi dalam proses berkomunikasi terdengar seperti sebuah unsur negatif yang terkandung di dalamnya. Sering kita mendengar banyak nasihat atau petuah yang menganjurkan kita untuk tidak berbicara dengan menggunakan emosi. Padahal sahabat magnificent yang namanya emosi amat di perlukan dalam membangun proses empati lawan bicara. Sesuatu penilaian yang selama ini kita terima sesungguhnya bukan kesalahan dari emosinya, kenapa? Karena sesungguhnya selain akal dan pikiran manusia dianugerahi Tuhan dengan perasaan dan hati maka wajar bila dia memiliki emosi, itu sudah menjadi bagian dari dirinya. Yang harus kita pahami di sini adalah bukan untuk menghilangkannya tapi bagaimana memanajemennya, sehingga bisa menjadi senjata yang menguntungkan bagi kita dalam proses komunikasi.
Sahabat magnificent saya jadi teringat akan satu peristiwa pada pemilu internal partai Demokrat antara Hillary Clinton dan Barack Obama. Pada saat itu Hillary seperti di ujung tanduk karena selama minggu-minggu pertama pemilu internal mengalami kekalahan telak dari kubu Obama. Mengetahui dirinya sudah kalah jauh dari Obama maka Hillary melakukan suatu proses kampanye sederhana yang tidak di duga banyak orang. Kampanye tersebut tidak membutuhkan banyak biaya dan banyak orang, hanya sebuah kunjungan sederhana ke sebuah restoran dimana di sana terdapat banyak pendukung Hillary yang sebagian besar adalah perempuan. Di sana Hillary hanya menyalami pendukungnya dan mengucapakan terima kasih atas dukungan mereka selama ini. Yang menarik dari peristiwa itu Hillary tampak tidak bisa menyembunyikan emosinya dengan meneteskan air mata. Hasilnya? Beberapa minggu kemudian Hillary sempat mengungguli Obama di beberapa negara bagian. Peristiwa “menangisnya” Hillary itulah yang menimbulkan empati para calon pemilih yang tentu sebagian besar adalah perempuan. Dari peristiwa tersebut kita bisa mengambil pelajaran bahwa emosi apabila di manajemen dengan baik bisa menjadi senjata yang ampuh dan efektif.
Sahabat magnificent dalam proses komunikasi ada juga cara yang disebut memancing emosi lawan bicara. Biasanya teknik ini kita gunakan dalam proses berdebat, proses pemancingan emosi tersebut bertujuan untuk membuat konsenstrasi lawan buyar, sehingga tidak fokus pada permasalahan. Tapi yang perlu sahabat magnificent ketahui proses ini haruslah terukur, dan memiliki perencanaan yang matang agar kita juga tidak larut dalam emosi. Proses pemancingan emosi tersebut bisa dengan cara menggebrak meja, menggunakan nada yang tinggi, menyinggung kelemahan lawan, hingga membangun suasana dramatis seakan-akan semua orang di situ mendukung pendapat kita. Dan yang perlu anda catat proses ini hanya kita gunakan pada saat berdebat bukan dalam saat persuasi, karena berdebat dan persuasi adala dua hal yang sangat berbeda.
Jadi bagaimana sahabat magnificent? Semua tergantung kepada anda bagaimana anda bisa mengolah emosi tersebut menjadi sesuatu yang menguntungkan anda. Karena seluruh bagian dari manusia yang Tuhan anugerahkan kepada kita tidak ada yang percuma, dan semua itu bisa kita dapatkan apabila kita mampu memanajemennya dengan benar

Kamis, 10 Juli 2008

Membujuk Orang Yang Keras Kepala

Bagaimana sahabat magnificent? Anda sering terjebak pada situasi yang menyebalkan seperti judul diatas? Jangan khawatir anda tidak sendiri karena jutaan orang di dunia saat ini mungkin mengalami masalah yang sama. Perlu sahabat magnificent ketahui bahwa dalam ilmu komunikasi semua orang bisa di persuasi atau dibujuk tidak peduli seberapa keras kepalanya dia atau seberapa moodynya dia. Manusia sejatinya memiliki prinsip yang sama dengan gelombang radio dalam berkomunikasi, bila frekuensinya tidak sama maka proses komunikasi sejatinya tidak terjadi meskipun kita sudah menggunakan media secanggih apapun.

Anggapan orang keras kepala terjadi karena perbedaan frekuensi yang sangat jauh. Pada saat hal tersebut terjadi maka sahabat magnificent harus pintar-pintar bagaimana menyetel frekuensi komunikasi anda dengan lawan bicara. Pada bangsa-bangsa yang pernah mengecap kebudayaan tinggi seperti bangsa Arab, Cina, Jepang, dan bangsa Indonesia sendiri proses ini di sebut dengan basa basi atau tata krama. Proses yang mungkin bagi sebagian dari kita menganggapnya tidak penting dan cenderung membuang-buang waktu, justru merupakan obat yang sangat manjur dalam proses persuasi. Inilah proses dimana kita mencari frekuensi yang tepat agar komunikasi nyambung dan memudahkan kita melanjutkan ke proses persuasi selanjutnya. Sebab kalau tidak manjur buat apa bangsa-bangsa yang saya sebutkan di atas yang memiliki sejarah peradaban sangat tinggi melestarikannya berabad-abad hingga kini? Pada proses ini kita akan mencoba memahami seperti apa karakter lawan bicara kita. Hal-hal yang tidak penting yang dibicarakan anggaplah sebagai tangga untuk mendapatkan frekuensi yang tepat. Bukankah ketika anda mencari-cari gelombang stasiun radio yang anda sukai anda harus melalui beragam hal-hal yang tidak penting juga seperti suara stasiun radio lain, suara gangguan interferensi gelombang, dll. Bagaimana sahabat magnificent yang saya banggakan tidak sulit bukan? Seperti judul tulisan saya di awal blog ini yang saya buat yang meyatakan bahwa kita tidak bisa tak berkomunikasi, bahwa sebenarnya tidak ada yang salah dengan proses komunikasi kita tapi lebih bagaimana kita memaksimalkan media yang kita punya untuk proses komunikasi tesebut.

Masih Berani Berkata Tidak?

Sahabat magnificent yang saya hormati, hari ini saya membahas tentang bagaimana sebuah kata negatif bisa mempengaruhi proses sebuah komunikasi persuasif, yaitu proses dimana kita berusaha membujuk seseorang. Teknik ini lazim digunakan untuk proses berdebat, kampanye, iklan, kehumasan, dan lain lain dalam skala yang lebih luas. Sahabat magnificent, pada tulisan yang sebelumnya saya menekankan proses pembangunan persespi positif dalam berkomunikasi. Dan hari ini saya kan ajarkan bagaimana mempertahankan persepsi tersebut dalam tataran teknis.

Salah satu yang akan saya bahas hari ini adalah bagaimana kita meminimalisir penggunaan kata negatif. Sahabat magnificent, kata-kata negatif seperti ”saya tidak setuju, tidak, tidak tahu, anda salah, sepertinya tidak begitu deh pendapat anda, dll” sepertinya merupakan hal yang sepele, tapi jelas sangat mempengaruhi teknik berkomunikasi anda. Kata-kata negatif sangat mempengaruhi bagaimana persepsi lawan bicara terhadap kita, dan bahayanya lagi ketika anda sudah mengeluarkan kata-kata negatif berarti anda sudah membangun jarak dengan lawan bicara anda. Dan ketika anda sudah membangun jarak dengan lawan bicara anda maka jangan harap lawan bicara anda terpengaruh dengan pendapat anda. Kata-kata negatif membuat orang berpikir bahwa anda arogan, tidak berpikiran terbuka, tidak berpengetahuan luas (dalam artian sempit orang cenderung menganggap anda bodoh), dan sangat sulit luar biasa untuk di bujuk. Kalau sudah begini jangan harap anda mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses persuasi anda meskipun anda sendiri sudah berbusa-busa mengeluarkan pendapat anda.

Sahabat magnificent yang saya banggakan, untuk mengatasi masalah ini kita gunakan analogi lebah. Lebah apabila kita ambil madunya dengan cara-cara kasar, bersifat memaksa maka dia akan cenderung mempertahankan diri, bahkan mungkin sampai menyakiti kita dengan dengan sengatnya. Namun apabila kita sendiri memahami seperti apa karakter lebah itu dan tahu kapan saat-saat lebah itu bisa diambil madunya, seperti yang umum para peternak lebah lakukan, maka dia akan menyerahkan madunya secara sukarela. Sahabat magnificent, begitu juga manusia dia akan cenderung berperilaku sama, tidak ada manusia di dunia ini yang suka untuk direndahkan sama sekali (meskipun dalam proses komunikasi anda tidak bermaksud begitu). Proses pemahaman terhadap karakter lawan bicara adalah hal yang utama anda harus lakukan. Apakah dia orang yang keras kepala, bisa diajak kompromi, banyak bicara, dll. Setelah itu anda berlatih beralih menggunakan kata-kata yang sifatnya lebih halus dan orang cenderung tidak akan tersinggung ketika mendengarnya. Kata-kata seperti ”Oke saya sepakat sampai di situ tapi menurut pendapat saya....., bagus sekali pendapat anda Cuma bagaimana kalo saya menambahkan....., dll”. Kata-kata yang membuat orang mengerti anda tapi dia tidak tersinggung karena pendapatnya sudah di hargai. Jadi bagaimana sahabat magnificent? Tidak sulit kan proses komunikasi itu? Tergantung sampai sejauh mana anda melatih kemampuan anda untuk berkomunikasi, karena sesungguhnya karakteristik seorang pemenang adalah bukan seberapa hebat kemampuan yang dia punya, namun seberapa jauh dia mau belajar dari pengalaman-pengalaman yang dia punya.

Rabu, 09 Juli 2008

Positifkan Persepsi Anda

Sahabat magnificent yang saya hormati salah satu unsur terpenting dari komunikasi adalah adanya peran persepsi. Persepsi merupakan suatu kumpulan kesimpulan yang berdasarkan pengalaman dan referensi yang kita punya dalam memandang segala sesuatu. Dalam komunikasi unsur persepsi amatlah penting dalam menentukan pesan apa yang ingin kita balas, dan apakah kita akan menerima begitu saja pesan yang diterima.

Sahabat magnificent, kadang kala dalam masyarakat kita penampilan luar masih menjadi penilaian dalam menentukan apakah kita layak berkomunikasi dengan orang tesebut. Saya beri contoh seorang pejabat negara tentu akan lebih mendengarkan pendapat orang yang selevel dengan dia atau atasannya, ketimbang bawahannya. Seorang dokter akan lebih mendengarkan pendapat seorang dokter yang sebaya dengan dia atau diatas dia, ketimbang pendapat seorang dokter junior. Beginilah wajah bangsa kita yang kadang menganggap penmapilan luar menjadi pertanda kualitas di dalam. Padahal kenyataannya seorang anggota DPR-RI seperti Bulyan Royan yang menjadi kiayi di daerahnya dan memiliki sebuah pesantren di daerahnya ternyata adalah seorang koruptor kelas kakap!!!. Tak akan ada yang bisa menebak kualitas seseorang sampai kita mengeksplorasi dirinya lebih jauh.

Sahabat magnificent, persepsi-persepsi inilah yang disebut sebagai persepsi negatif. Kenapa saya sebut negatif? karena dia akan mengurung kita terus dalam lingkaran ketidakpercayaan, membatasi kreativitas kita, dan menghambat kita untuk maju. Padahal Sahabat magnificent seperti yang kita tahu yang namanya emas, intan, berlian tidak akan pernah kita temukan di tempat-tempat yang bersih, tapi dia ada di dalam tanah yang kotor dan berkubang penuh lumpur. Begitu juga manusia kita tidak akan pernah tahu kualitas seseorang sampai kita mengeksplorasinya lebih jauh. Nah modal awal untuk mengeksplorasi seseorang tersebut adalah adanya persepsi yang positif terlebih dahulu untuk dibangun. Berpikiran terbuka adalah kuncinya, keinginan untuk belajar, dan mau menerima kritik adalah langkah awal untuk membangun persepsi positif tersebut. Dengan menerapkan kunci-kunci diatas saya berani jamin bahwa sahabat magnificent akan banyak mendapat pelajaran-pelajaran emas dari kehidupan ini hakan dari orang yang sahabat magnificent sendiri tidak akan duga. Karena yang namanya emas tak akan kita dapatkan sebelum kita menggalinya, dan wangi bunga tak akan bisa kita cium sebelum kita mendekatinya.

Kita tidak bisa tak berkomunikasi

Sahabat magnificent yang saya hormati, setiap manusia dibekali kemampuan dan keinginan dasar untuk berkomunikasi. Tidak peduli manusia seperti apa dia, apakah dia seorang pejabat tinggi negara atau seorang tukang becak, tak memandang apakah dia seorang jenius atau seseorang dengan tingkat IQ di bawah rata-rata. Semua bisa manusia memiliki insting dasar untuk mengkomunikasikan ide-idenya, harapannya, dan perasaannya. Bila tidak dengan bahasa verbal minimal dengan bahasa non verbal yang diwakili oleh mimik dan gesture tubuh yang kita miliki.

Sering saya menjumpai kasus dimana teman-teman saya atau orang lain yang saya dapatkan melalui media menyatakan dirinya mengalami kesulitan untuk berkomunikasi. Tidak adanya kepercayaan diri menduduki peringkat pertama alasan orang yang mengalami masalah komunikasi, diikuti dengan masalah budaya, latar belakang, dll.

Sahabat magnificent yang saya banggakan kasus orang-orang yang sebutkan diatas sesungguhnya bukan masalah ketidakmampuan untuk berkomunikasi, sebab bila mereka tidak mampu untuk berkomunikasi tentu cerita-cerita mereka tidak akan sampai di tangan saya hingga saat ini. Masalah mereka lebih kepada dengan media apa mereka menyampaikan pesannya? Sebab kalau kita merujuk pada paradigma komuniksi Lasswell yaitu Who, Says What, in What Channel, To Whom, in What Effect? Dan kita memakai paradigma ini untuk menganalisis masalah-masalah orang-orang tersebut nyata bahwa orang tersebut memiliki masalah dalam memilih Channel atau media yang dia gunakan.

Sahabat magnificent yang saya banggakan seperti saya katakan pada paragraf awal, bahwa komunikasi tidak hanya berbentuk verbal atau tulisan saja tapi unsur-unsur non verbal juga masuk di situ sebagai media orang dalam menyampaikan pesan.

Orang-orang tersebut sebenarnya bisa menyampaikan pendapatnya, namun mereka kurang tepat dalam memilih media yang digunakan untuk menyampaikan pendapatnya. Jadi Sahabat magnificent kalau anda memilki problema yang sama Bukan berarti anda memiliki kesulitan untuk berkomunikasi tapi lebih kepada seberapa jauh anda melatih diri anda untuk memilih media komunikasi yang tepat seusai dengan situasi dan kondisi. Tuhan menganugerahi manusia dengan segudang bakat dan kemampuan yang luar biasa untuk membangun bumi ini, namun sayangnya semua bakat itu tidak akan bisa di pakai begitu saja tanpa kita mengasahnya terlebih dahulu. Semua bakat atau potensi yang ada di diri manusia ibarat pisau-pisau tumpul yang menunggu untuk diasah terlebih dahulu sebelum digunakan. Begitu juga dengan media-media komunikasi yang Tuhan anugerahkan kepada kita yaitu mulut untuk berbicara, otak untuk berpikir, tangan untuk menulis, dan anggota tubuh lain untuk menyampaikan apa yang kita rasakan. Namun semua itu akan percuma saja apabila kita tidak belajar untuk mengasah dan menggunakannya. Jadi sahabat magnificent tidak usah bersedih hati karena sesungguhnya anda tidak memiliki masalah komunikasi sama sekali karena Tuhan sudah menganugerahkan anda media-media alami yang luar biasa untuk berkomunikasi, yang jadi pertanyaan adalah maukah anda untuk melatih diri untuk menggunakannya?